Minggu, 10 Oktober 2010

OBAT KATARAK ALAMI



Di rumah saya ada satu tanaman hias yang telantar. Dia tumbuh di sela bunga Sri Rejeki dalam sebuah pot plastik yang jelek. Ternyata bunga yang daunnya bergerigi itu punya manfaat besar. Mampu menyembuhkan sakit mata, bahkan katarak!
Manfaat bunga yang kemudian saya tahu bernama Melati Katarak itu saya ketahui dari seorang bibi. “Habis sakit mata, Man?” dia bertanya pada Selasa siang kemarin. Rupanya dia melihat mata sebelah kanan saya masih agak sembab. “Iya, lumayan seminggu lebih, tapi sudah sembuh,” kata saya.
“Coba diobatin Melati Katarak, itu saya lihat ada di bawah pohon jambu,” ujar Bibi. Wah, ternyata bunga jelek itu ada manfaatnya. Sayang sekali saya tidak sempat mencicipi manfaatnya. Sebab, untuk menyembuhkan mata merah, bengkak dan gatal-gatal itu, saya pakai cara yang umum saja. Yakni, terapi urine.
Setiap pagi, mata saya olesi air seni, kemudian saya basuh dengan rendaman air daun sirih. Lumayan manjur karena lima hari sejak itu sakit mata saya sembuh. Kalau diobati dengan Melati Katarak mungkin bisa sembuh lebih cepat.
Bibi pun menceritakan ihwal Melati Katarak itu. Disebut melati karena bunganya yang putih memang mirip bunga melati. Sedangkan dinamai katarak karena bermanfaat menyembuhkan katarak, penyakit dengan ciri umum keruhnya lensa mata.
Untuk mengobati sakit mata, ambil 2 sampai 3 bunga Melati Katarak. Lalu, rendam dengan 2 sendok makan air bersih sekitar 2 jam. Setelah itu teteskan ke mata. Rasanya lebih perih ketimbang ditetesi air rendaman daun sirih.
Kalau Melati Katarak sedang tidak berbunga, daunnya juga bisa dipakai. Ambil daunnya, cuci bersih, lalu rendam sekitar 2 jam. Kemudian air itu teteskan ke mata. Lakukan tiga hari sekali. Memang perih. Tetapi mereka yang pernah mencobanya, mengaku ada perbaikan di mata.
Menurut adik yang pernah tinggal di Bogor, tanaman seperti itu tumbuh liar di semak-semak. Tidak ada harganya. Padahal, di Bandarlampung, tampak dijual di depot tanaman hias. Harganya sekitar Rp25 ribu per pot.
Alam Indonesia memang menyediakan banyak tanaman obat. Pada masa lalu, nenek moyang kita biasa memakainya. Untuk obat mata saja ada banyak tumbuhan bisa dipakai. Tetapi, pada era modern, orang lebih senang yang instan. Tinggal membeli obat tetes mata yang dijual bebas di apotek. Begitu banyak kearifan tradisional yang hilang tergerus arus modernisasi.